Fly with your imajination

Thursday, August 20, 2015

Sleeping Beauty

Selanjutnya : Bagian 3

“TOLONG...”

Teriakan samar dari ujung gang membuat kami cepat kilat melesat ke sana. Di ujung gang tampak beberapa pria sedang menggerubuni seorang gadis. Salah satunya nampak jelas mencoba membuka pakaian gadis itu paksa, sedang dua orang lainnya menahan tubuh gadis mungil itu.


“TOLONG... hiks... ku mohon tolong aku.”

“Tidak akan─”

BUGH.

“Brengsek... Akan ku bunuh kalian.” Teriak Sasuke setelah memukul salah seorang yang mencoba melecehkan Hinata. Dua orang yang lain maju dan menyerang sasuke. Mereka menendang punggung sasuke hingga sasuke tersentak ke depan dan jatuh. Tak terima Sasuke melayangkan lantas pukulan pada salah satu dari mereka namun berhasil ditangkis dan malah membalas pukulan sasuke.

Aku panic ketika melihat banyak darah yang mengucur di dahi Sasuke akibat pukulan dari mereka. Sasuke kian terpojok di dinding gang, mereka mengepungnya dengan senjata di masing-masing tangan mereka. Aku ingin meminta pertolongan, tapi tak ada satu pun yang bisa melihatku apa lagi mendengar suaraku.

Hinata makin terisak melihat kakaknya, tak tahu apa yang harus dia lakukan. Aku berfikir mencoba memfokuskan sesuatu, namun Sasuke terlihat makin babak belur dan itu malah membuatku makin hilang konsentrasi. Aku semakin takut jika situasinya semakin buruk dan membuat tubuh Sasuke semakin parah dan Hinata yang nantinya akan makin di lecehkan.

Aku merasakan kemarahan yang meletup-letup dari dalam diri. Tiba-tiba benda-benda di sana melayang, batu, balok kayu tua, tong sampah, dan sampah-sampah beterbangan ke arah mereka. Menyerang para penjahat itu dan melewati Hinata juga Sasuke, “PERGILAH...!” Ucapku berteriak dan entah bagaimana bisa mereka bisa mendengarnya dan lari terbirit-birit meninggalkan Sasuke dan Hinata. Sungguh, aku tidak tahu bagaimana aku melakukan itu semua.


Aku melayang menghampiri Sasuke, “Kau baik-baik saja?” tanyaku namun tak bisa menyentuh tubuhnya.

“Kau bisa melihatnya dan juga terima kasih.” Sahutnya lantas menghampiri Hinata yang masih menangis shock.

“Jangan khawatir, semuanya sudah selesai.” Ucapnya lantas merengkuh tubuh Hinata dengan kasih. Andai kami tidak datang tepat waktu, mungkin semua ini akan berakhir buruk bagi mereka berdua.

Aku jadi bertanya-tanya, sebenarnya apa yang dilakukan Hinata di sini? Ini bukanlah jalan menuju rumah apalagi sekolahnya. Atau mungkin salah seorang temannya ada yang tinggal di daerah ini?

...

Malam harinya, saat semua orang sudah bergelut dengan mimpi indah mereka, aku hanya bisa menatap angkasa. Bintang-bintang yang bertabur indah juga dengan kerlap-kerlip yang menghias angkasa. Layaknya hiasan stand-glass, sangat indah. Satu lagi kelebihan menjadi roh. Bahkan walau tak bisa tidur pun aku masih bisa menikmati indahnya angkasa saat malam hari.

Setelah menenangkan Hinata, Sasuke kembali ke ruangannya dan mengatakan jika aku tidak boleh mengganggunya. Menyebalkan, tetapi juga menyenangkan. Setidaknya aku bisa memandangi langit malam sesukaku dan selama apapun yang ku mau.

Tetapi aku penasaran apa yang dia lakukan saat ini sampai dia melarangku mengganggunya? Biasanya dia tak pernah melarangku, sesibuk apapun pekerjaannya. Apa dia senang menonton film BF? Ah... rasanya itu tidak mungkin, melihat bagaimana kesehariannya. Lantas apa?

Tak ingin semakin penasaran, aku pun bergegas memasuki ruang kerjanya. Tanpa mengetuk ataupun membuka aku bisa memasukinya dengan mudah namun apa yang kulihat membuatku tidak bersemangat lagi. Dia sudah selesai mengerjakan pekerjaan yang dia maksud itu.

“Apa yang kau lakukan di sana? Bukankah sudah ku beritahu untuk tidak masuk ke dalam sini dan mengganggu pekerjaanku?” Ucapnya sinis dan membuatku menggerutu dalam hati.

“Baiklah. Aku keluar.” Sungutku lantas keluar meninggalkan dia sendiri. “Dasar pantat ayam.”

“Apa yang kau katakan barusan?” Dia menatapku tak suka lantas maju menghampiriku dan memberiku tatapan intimidasi menyebalkannya.

“Apa?” Tanyaku pura-pura tak tahu maksudnya lantas benar-benar keluar dari ruangannya.
.
oOo
.

Esok hari, saat matahari baru terbit seseorang berjalan menghampiriku. “Kita ke taman hari ini. rasanya ada yang aneh saat ibumu menceritakan kronologi saat kau tak sadar diri.” Katanya sangat tiba-tiba. Bahkan matahari pun baru saja muncul.

“Apa sekarang?” Tanyaku memastikan.

“Ayo.” Tanpa menjawab dia pergi. Yang ku tahu jawabannya adalah iya, melihat pakaiannya yang sudah sangat rapi, bukan rapi untuk ke kantor, tetapi untuk jogging.

“Saat itu, aku duduk di bangku ini. Menunggu teman-temanku yang membelikan minuman untukku. Dan saat sadar aku melihat teman-temanku memanggilku dan orang-orang menggerubungi seseorang yang sedang pingsan.”

“Hanya itu saja yang kau ingat?” Tanyanya dengan dahi yang menyerngit. “Rasanya ada yang aneh dengan ceritamu itu. Kau tahu, tidak mungkin seseorang langsung jatuh dan mengalami kelumpuhan otak tanpa sebab apapun. Apalagi kau tak menderita penyakit apapun. Keluargamu pun tak memiliki riwayat penyakit seperti itu. Mungkin saja saat itu seseorang melakukan sesuatu padamu dan kau tidak sadar.”

“Entahlah. Aku juga tidak ingat. Mungkin kau benar, tapi siapa yang melakukan itu? dan lagi dari mana kau tahu tentang diriku sedetail itu?” mataku memicing padanya. Apa yang dia maksud kerjaan dan tidak bisa membantu adalah mencari tahu tentangku juga keluargaku?

“Apa ada orang yang membencimu?” Dia tak menjawab namun memberiku pertanyaan lain.

Aku memikirkan keras ucapannya. Tanganku ku sandarkan di belakan kepala sambil mengingat-ingat apa saja yang sudah ku lakukan hingga membuat seseorang jadi membenciku. “Tidak ada. Aku selalu baik pada orang dan tidak mungkin aku memiliki musuh. Ah... Tapi kalau orang yang mencintaiku, sih. Banyak. Hehehe...” Ucapku sambil menyengir dan itu membuat Sasuke mendengus jengah. Tapi apa yang ku katakana memang benar. Aku merasa tidak pernah melakukan satu kesalahan apapun pada orang lain. aku memang menyebalkan dan teman-temanku sering mengatakan hal itu, namun mereka tidak pernah mengatakan kalau mereka membenciku, malah merindukan sikap menyebalkanku jika tak ku nampakkan barang sehari.

Sasuke terdiam nampak tengah memikirkan sesuatu. Kerutan di keningnya memperjelas kegiatannya itu. Dia menatapku dalam lantas bertanya, “Apakah kau pernah berbuat salah pada seseorang?”

Aku menggeleng cepat. “Sudah kubilang, kan? Aku tidak pernah melakukan salah pada siapapun. Ta─ ah...” Aku memegang kepalaku. Rasanya sakit bahkan seluruh tubuhku pun sampai merasakannya. Bayangan-bayangan masa laluku kembali hadir. Aku menatap bangku taman itu. Yah.. Aku ingat sekarang. Di sana, saat menunggu teman-temanku seorang penjual minuman datang dan menawariku minumannya dan sesaat sebelum aku tertidur aku melihat seringainya dan wajahnya sangat tidak asing bahkan beberapa kali ku lihat dia berkunjung ke rumahku.

“Orang itu... Ru.. Rumah sakit─” Ucapaku sebelum meninggalkan Sasuke di taman itu. Tubuhku melayang secepat suara hingga tiba di rumah sakit. Ruang di mana aku tengah di rawat. Orang tuaku tidak ada bahkan suster pun juga belum menampakkan diri untuk melihat kondisiku.

Angin berhembus hingga masuk ke dalam ruang rawatku. Jendela tak di tutup, sengaja agar matahari pagi bisa menerpa tubuh ringkihku di atas tempat tidur itu. Aku melihat diriku sendiri seperti seorang putri yang tengah menantikan kedatangan seorang pangeran. Teringat akan kisah sleeping beauty, dimana Belle yang tengah tertidur akibat kutukan dari seorag penyihir berhasil dipatahkan oleh sebuah ciuman dari seorang pangeran. Apakah tubuhku juga sedang menantikan ciuman dari seorang pangeran.

KRIET

Selanjut Bagian 5
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com